Padaproses disain batik terdapat dua cara yaitu disain batik tulis dan disain batik cap. Proses pembuatan disain batik tulis dilakukan dengan menggambar langsung pada kain yang dikehendaki dengan menggunakan pensil. Untuk pembatik yang telah berpengalaman, maka proses mendisain dapat dilakukan dengan pemalaman langsung diatas kain.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hai, Saya Icen. Mahasiswi D4 Perhotelan 2019 Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti DKI Jakarta. Saya Merupakan Penerima Penghargaan Beasiswa Unggulan Kementrian Pendidikan. Saya harap dapat membagikan sesuatu yang sangat bermanfaat. bahasan 1. Macam dan fungsi Solvent. 2. Macam dan fungsi peralatan dry cleaning. 3. Obat-obatan yang digunakan pada proses dry Prosedur pencucian dry cleaning. A. MACAM DAN FUNGSI SOLVENT Untuk dry cleaning process maka main deterjen/media utamanya adalah SOLVENT, dan jenis Solvent yang digunakan pada dry cleaning proses adalah ;1. . Stodart Solvent, memiliki ciri- ciri mudah terbakar dan berbau Pertoleum Solvent, memiliki ciri-ciri mudah terbakar dan berbau Tri chloro Ethylene Solvent, memiliki ciri-ciri mudah terbakar dan tidak Per Thloro Ethylene Solvent, miliki ciri-ciri tidak mudah terbakar dan tidak MACAM DAN FUNGSI PERALATAN DRY CLEANING Proses terdiri dari Wool Press ini digunakan untuk melicinkan dari bahan-bahan yang lebih halus dari cotton, misalnya yang terbuat dari Wool, silk, sintetis dan lain lain. Mesin ini dibantu vacum yang sangat membantu di dalam mencapai hasil yang baik. Head dan buck/bantalannya dapat mengeluarkan steam ;Mush room dry cleaning press, Digunakan untuk melicinkan bagian atas dari bermacam-macam dry cleaning press, Digunakan untuk melicinkan bagian bawah dari bermacam-macam finisher/finishing from, Digunakan untuk membentuk frompakaian dengan bagus dan baik, Contoh jas, dress, blouse, t-shirt. Dilengkapi dengan pengaturan ukuransmall,medium,large u tuk bagian atas, tengah dan Iron, Mesin pelicin yang di jalankan dengan tangan, kegunaan nya sama dengan Hand Ironing yang di gunakan dilaundry, hanya panas yang dipakai dari steam/ Topper, Mesin yang khusus untuk melicinkan celana bagian atas, dimana cara kerjanya seperti From OBAT - OBATAN YANG DIGUNAKAN PADA PROSES DRY CLEANING 1 2 Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Prosesini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel) dan gliserin (pada umumnya digunakan untuk pembuatan sabun dan lain produk). Cara untuk memisahkan biodiesel dari campurannya dapat dilakukan dengan proses centrifuge, proses ini dapat dilakukan dengan cepat dan continue di bandingkan dengan proses pengendapan (settling).
ABSTRAK Pati garut, sebagaimana jenis pati alami lainnya diketahui memiliki kelemahan sifat fisik dan kimia yang menyebabkan penggunaan pati garut pada industri pangan relatif terbatas. Untuk itu maka perlu dilakukan perbaikan sifat fisik dan kimianya dengan cara melakukan modifikasi pati garut. Selain itu modifikasi pati juga dapat memberikan efek fisiologis yang menyehatkan bagi tubuh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan metode sintesis pati-garut butirat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan faktor teknik pencucian pati-garut butirat yang meliputi pencucian dengan menggunakan aquades, dengan mengggunakan aquades dan diikuti dengan penggunaan etanol dan dengan menggunakan aquades dan etanol dan kemudian diakhiri dengan proses sentrifuse. Parameter analisis meliputi aroma pati-garut butirat, % butiril, derajat substitusi dan profil FTIR pati-garut butirat Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pencucian dengan menggunakan aquades sebanyak dua kali dan dilanjutkan pencucian dengan menggunakan etanol yang diikuti dengan proses sentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit diketahui cukup efektif untuk menghilangkan aroma butirat pada pati-garut butirat, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap % butiril dan derajat substitusi pati-garut butirat. Hasil analisis dengan menggunakan Fourier transform infrared spectrophotometer FTIR menunjukkan bahwa pada pati-garut butirat terbentuk lembah baru pada panjang gelombang 1740 cm-1 dan berbeda dengan pati alami. Keyword pati-garut butirat, gugus butiril, derajat substitusi, FTIR PENDAHULUAN Umbi garut Marantha arundinacea Linn yang tumbuh di wilayah iklim tropis, memiliki potensi yang besar sebagai bahan pangan. Produksi umbi garut Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Chem. 816735-740 Acetylation of high-amylose 70% maize starch to high degree of substitution DS was studied by reacting starch with acetic anhydride using 50% aqueous NaOH as the catalyst. DS increased with increasing reaction times and increasing ratios of acetic anhydride to starch. Reac- tion efficiency RE increased with longer reaction times and decreased with increases in the ratios of acetic anhydride to starch for extended reaction times. Increasing the amount of NaOH increased both DS and RE. A series of starch acetates with DS values of were prepared and their crystalline structures, chemical structures, thermal stability, and morphological properties were investigated. After acetylation, and as DS increased from to the crystalline structures of starch steadily disappeared. The carbonyl group's peak at 1,740 cm-1 appeared in the FTIR spectra. The intensity of this peak increased with a decrease in the peak intensity of the hydroxyl groups at 3,000-3,600 cm-1, indicating that the hydroxyl groups on starch were replaced by the acetyl groups. Thermal stability of starch acetates increased. The smooth surface of the starch granules became rough with acetylation. Further acetylation led to the loss of the starch granules and the formation of beehive- and fibrous- like Santayanon Jatuphorn WootthikanokkhanChemical modification of the cassava starch was conducted through acylation by using propionic anhydride as an esterifying reagent. The reaction was carried out in the presence of a pyridine catalyst and the effects of reaction variables such as the anhydride content, reaction time and reaction temperature on the degree of acylation were investigated. Results from Fourier transform infrared spectroscopy suggested that the hydroxyl groups in the starch molecules were converted into ester groups, accompanied by an increase in water stability of the starch. The propionyl content was found to be non-linearly dependent with the reaction variables. Scanning electron micrographs of the modified starch-blended polyurethane showed a better interfacial adhesion than the normal starch-blended polyurethane. However, results from the soil burial test showed that the modified starch experienced a slower biodegradation than the normal Betancur Luis Chel GuerreroThe physicochemical and functional properties of Canavalia ensiformis starch hydrolyzed with HCl were studied. The factors analyzed were HCl concentration temperature 45−55°C, and reaction time 3−6 h. Alkali number and viscosity were the response variables. A 23 factorial design with five replicates of the central trial was used. Hydrolyzed starch with HCl at 55 °C for 6 h reached an alkali number of The hydrolysis reaction did not present important changes on the starch chemical composition except for an ash content reduction. A comparison between these hydrolyzed starches and the native starches showed a viscosity cP, swelling power g of water/g of starch, and retrogradation reduction. A solubility increment was found. Gelatinization temperature did not vary 76−82 °C. Keywords Canavalia; starch; acid hydrolysis; functional propertiesGranular and crystalline structure of starch citrates from normal, high amylose and waxy corn starch were characterized using scanning electron microscopy SEM, optical microscopy, X-ray diffraction and Fourier transform infrared spectroscopy FT-IR in this study. SEM showed that citric acid treatment induced changes in the morphology of starch granules. The granule structure of starch citrates was not collapsed or destroyed even after heating. Normal and high amylose corn starch citrates maintained birefringence but lost it upon heating at 100 °C for 30 min. However, waxy corn starch citrate showed no birefringence, even before heating. Starch citrates showed different X-ray diffraction patterns before and after heating. A new peak at 1724 cm−1 ester bond was observed in FT-IR for all starch citrates before and after heating, indicating starch citrates were heat-stable. After the deconvolution of spectra, the intensity ratio of 1016 cm−1/1045 cm−1 was used to calculate the ratio of amorphous to crystalline phase in the starch citrates. The ratio of 1016 cm−1/1045 cm−1 increased with an increase in the degree of substitution. Olayide LawalStarch was isolated from finger millet Eleusine coracana and it was etherified with propylene oxide to produce hydroxypropylated derivative. The specific specie used in this study is African finger millet known as jeero. The yield of starch obtained from finger millet on dry weight basis was Progressive increases in molar substitution MS were observed as the volume of propylene oxide added to the reaction medium increased. The X-ray pattern of native finger millet starch conforms to the A’ diffraction pattern characteristics of cereal starches. Prominent peaks were observed at around 2θ=15°, 17°, 18° and 23° and weaker peaks at around 2θ=20° and 26°. No pronounced differences were observed between the diffractograms of native starch and the hydroxypropyl derivatives. Hydroxypropylation improved the free swelling capacities of the native starch at all temperatures studied 30–90 °C. Turbidity of unmodified finger millet starch paste increased progressively as the days of storage increased. Turbidity reduced remarkably after hydroxypropylation and reduction in turbidity was observed as the MS of the modified starches increased. Hydroxypropylation reduced pasting temperature, increased peak viscosity but reduced setback value. In addition, hydroxypropylation reduced percentage syneresis of the unmodified starch. Retrogradation properties monitored with differential scanning calorimetry reveals that starch retrogradation reduced reasonably after hydroxypropylation. Carbon 13 NMR spectroscopy reveals that hydroxypropylation took place predominantly on carbon 6 on the anhydroglucose unit AGU.The physicochemical, morphological, thermal and rheological properties of acetylated corn and potato starches, prepared using acetic anhydride at different levels 4–12 g, were compared. Corn starch showed lower acetyl % and degree of substitution DS than potato starches under similar experimental conditions. The acetylated corn and potato starches showed slightly higher amylose contents than their counterpart native starches. Acetylated starches showed higher swelling power, solubility and light transmittance than native starches, which subsequently increased with the increase in acetic anhydride concentration in the reaction medium. The extent of change in these properties, as a function of acetic anhydride concentration, was significantly higher in potato than corn starches. Both potato and corn starches were fused after conversion to acetylated starches; however, this effect was more pronounced in the former under similar reaction conditions. The syneresis % of both acetylated and native starches increased during storage at 4 °C; however, the increase was less pronounced in acetylated physical properties of octenyl succinic anhydride OSA starches prepared from rice, wheat, and potato starches were studied. Rice and wheat OSA starches had significantly higher peak viscosity PV, hot paste viscosity HPV, and cool paste viscosity CPV, but potato OSA starch had only significantly higher CPV, relative to the native starch. The gel hardness was higher with lower degree of substitution DS but lower with higher DS OSA compared to native starch. The swelling volumes SV of rice and wheat OSA starches were significantly higher compared to native starch, but the SV of potato OSA starch was slightly lower at high DS. The gelatinization temperature GT of rice OSA starches was sharply lower at low DS; for wheat OSA starch it was slightly lower even at high DS, but potato OSA starches had higher GT than the native starch. The enthalpy of all the OSA starches decreased gradually with increased DS. This study showed that the magnitude of changes in physical properties of OSA-modified starches depends not only on their DS but also on the botanical origin of the native ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa profil FT-IR pada rentangan panjang gelombang antaraFt-Ir ProfilPatiProfil FT-IR pati garut dan pati-garut butirat dengan DS 0,053; 0,120 dan 0,187 ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa profil FT-IR pada rentangan panjang gelombang antara 4000-500 cm -1Lembah baru pada profil FT-IR pati-garut butirat adalah pada panjang gelombang 1740,64 cm -1 dan berkurangnya lembah pada panjang gelombang 1640,29 cm -1 , yang menunjukkan keberadaan ikatan C═O dari gugus butirilR SantayanonJ Wootthikanokkhandiketahui bahwa pada pati alami terdapat 14 tujuh lembah, sedangkan pada patigarut butirat terdapat 18 lembah. Profil tersebut menunjukkan pola yang serupa dengan jenis pati alami dan pati asetat dari beberapa jenis pati seperti dari pati jagung, pati kentang dan pati beras Santayanon, R. and J. Wootthikanokkhan, 2002. Lembah baru pada profil FT-IR pati-garut butirat adalah pada panjang gelombang 1740,64 cm -1 dan berkurangnya lembah pada panjang gelombang 1640,29 cm -1, yang menunjukkan keberadaan ikatan C═O dari gugus butiril. Gambar 2. Profil FTIR pati garut alamiAcetylated, propionylated or butyrylated starches raise large bowel short-chain fatty acids preferentially when fed to ratsG AnnisonR J IllmanD L TopingAnnison, G., Illman and Toping. 2003. Acetylated, propionylated or butyrylated starches raise large bowel short-chain fatty acids preferentially when fed to rats. J. Nutr. 1333523-3528. Daricara pembuatannya, ada dua jenis gelatin yaitu gelatin tipe A dan tipe B. Gelatin tipa A adalah gelatin yang umumnya dibuat dari kulit hewan muda (terutama kulit babi), sehingga proses pelunakannya dapat dilakukan dengan cepat yaitu dengan sistem perendaman dalam larutan asam (A = acid). Gelatin tipe B adalah gelatin yang diolah dari bahan baku yang keras seperti dari kulit hewan yang tua 1. Pengertian Proses Pencucian Umum proses pembersihan suatu benda dengan jalan menghilangkan partikel atau pengotor yang tidak di inginkan dari benda tersebut, sehingga diperoleh keadaan semula dari benda yang bersangkutan. Khusus ” Benda” yaitu ” Tekstil” Materi Kain 2. Tujuan Proses Pencucian – Menghilangkan kotoran atau noda – Hygiene dan bebas kuman – Tetap cemerlang – Sifat asli cucian tetap bertahan, Misalnya kehalusan dsb – Mencegah pakaian agar tidak cepat rusak 4 faktor yang menentukan kualitas hasil cucian 1. Aksi Kimia /Chemical Action 2. Aksi Mekanis /Mechanical Action 3. Temperatur 4. Waktu Jenis proses pencucian ada 2 macam 1. Metode Konvensional cara yang lebih tradisional dengan menggunakan tangan 2. Metode Masinal Dengan menggunakan mesin Kelebihan dan kekurangan menggunakan mesin kelebihan 1. hemat tenaga 2. hemat waktu kekurangan 1. boros listrik 2. biaya lebih besar 3. biaya maintanance peralatan lebih besar Kelebihan dan Kekurangan menggunakan manual kelebihan 1. hemat biaya 2. cucian biasanya lebih bersih kekurangan 1. lebih banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan 2. penggunaan deterjen atau obat lebih banyak MacamMacam Proses Pembuatan Metil Ester Proses pembuatanan biodiesel dapat dilakukan dengan dua macam proses : sisa katalis, garam, metanol, dan pengotor lainnya. Pemurnian fasa ester alkil dapat dilakukan dua cara, yaitu pencucian dengan air atau menggunakan penukar ion. c). Rute III (esterifikasi dengan metanol superkritik) Metanol Mengerjakan hal sederhana seperti mencuci pakaian bisa merepotkan untuk Kamu yang sibuk. Solusi praktisnya adalah menggunakan jasa laundry. Selain itu, Kamu juga bisa mencontoh prinsip niaga laundry melakukan layanannya. Anda bisa melakukan pencucian sama dengan pengerjaan ala laundry. Simak proses pembilasan di laundry perumpamaan berikut. 1. Penerimaan Gaun Cemar Akurasi sangat diperlukan detik memulai layanan. Cak bagi penghitungan dengan teliti dan periksa dengan seksama. Menotal pakaian hitung total pakaian dengan saksama, imbang dengan alat yang boleh dilihat konsumen, bagi pencatatan. Membuat resi pemeriksaan ulang data dengan konsumen, menunangi segel dan jenis layanan yang diinginkan. Misalkan minta pengerjaan cepat atau enggak ingin busana yang terlalu wangi. Kemudian berikan surat bahari lakukan konsumen untuk dibawa momen mereka mengambil pakaiannya. Kasih cap Pisahkan tiap pakaian dengan menggunakan kantong atau penulisan tertentu, dengan demikian pakaian bisa terhindar dari bercampur dengan pakaian pelanggan lain. 2. Penyaringan Jenis Pakaian Sebelum memulai proses pembilasan di laundry, kelompokkan baju sesuai dengan jenisnya. Lakukan penapisan pakaian dengan teliti. Kenali instruksi pencucian pakaian yang boleh ditemukan pada bagian privat pakaian Pisahkan pakaian beralaskan cara mencucinya, bisa nan dengan prinsip dry cleaning atau pencucian dengan air. Pisahkan pula bilasan yang mudah luntur dan bukan, berwarna dengan putih serta cucian dengan bercak berat yang teradat ditangani khusus. 3. Pengumbahan Noda Pelanggan umumnya akan segera memberitahu bila ada noda tertentu yang terlazim di perhatikan. Hal seperti noda kecap, darah, patra, tinta, memerlukan pembersih khusus agar noda hilang doang kualitas gaun tetap terjaga. Cermati juga putaran tersembunyi yang bosor makan menimbulkan noda menengkar seperti fragmen kerja paksa, lipatan bawah lengan ketiak atau penggalan dasar celana jenjang. Basuh bagian nan sahih terletak adegan kotor dengan lebih saksama. 4. Sebelum Pencucian Proses pembilasan di laundry dimulai dengan tangga pra-pembasuhan, pencucian dan sesudahpencucian. Kerjakan perendaman sebelum mulai mencuci. Peristiwa ini penting untuk memberikan waktu untuk persiapan sebelum pencucian utama, dengan alasan memasrahkan waktu untuk rok ditambahkan dengan pemutih pakaian. Merendam pakaian yang kena bercak agar bertambah mudah dibersihkan. Proses membunuh basil dengan sambung tangan enceran tertentu 5. Pencucian Utama Saat Anda melakukan pencucian, gunakan sabun basuh gaun sesuai dengan pemilahan pakaian nan telah dilakukan sebelumnya. Ada gaun yang ikut mesin cuci dan ada pula pakaian yang dicuci secara manual. Dia dapat menambahkan cairan kimia sebagaimana emulsi, alkali atau oxybooster buat membersihkan bercak tertentu berdasarkan tingkat kekotoran basuhan. Bilasan akan dibersihkan dengan mesin dan dibilas sesuai dengan jumlah ruap yang digunakan. Oleh karena itu, hindari eksploitasi sabun colek cuci pakaian secara berlebihan seharusnya ekonomis air dan proses pembilasan bukan dilakukan berulang kali. Pada mesin cuci, lakukan persiapan cuci, bilas dan pengeringan sesuai dengan keberagaman mesin cuci yang dimiliki. Mengulangulang proses pembasuhan dengan menggunakan menu basuh cepat, tidak disarankan, kecuali bila pelanggan memintanya. Hal ini bikin memastikan pakaian tercuci polos, terutama yang mempunyai calit langka. 7. Pelembutan Pakaian Hendaknya rok tahir lagi nyaman dikenakan. Anda boleh menaik pelembut ketika membasuh pakaian. Peristiwa ini boleh menetralkan keasaman pada rabuk kain dan menghindari kain menjadi kasar atau menimbulkan iritasi. 8. Pengeringan Ancang seterusnya adalah menggunakan pengering plong mesin cuci sebelum dijemur kerjakan mendapatkan seronok alami. Pengeringan makara lebih hipotetis dan lebih cepat. Hindari memperalat cara ini, bila pakaian memiliki banyak paesan seperti mana manik-manik dan cukup diangin-anginkan namun. 9. Penyetrikaan Saat menyetrika, Anda sekali lagi terlazim mengkritik jenis kain semenjak busana. Letakkan ujung setrikaan plong penggalan terselubung dari pakaian, bila khawatir busana tidak bisa disetrika. Gunakan tingkatan sensual terkecil terlebih suntuk buat tadinya penyetrikaan kiranya tak destruktif pakaian. Agar lebih segar, gunakan odoran setrika kerjakan menerimakan sentuhan wewangian plong gaun. 10. Penuntasan Tambahkan parfum khusus pakaian, sebelum memulai membungkus cucian berlandaskan catatan pesanan. Hal ini menyerahkan wangi yang lebih tahan lama, dibandingkan bilamana mencuci alias menyetrika. Itulah anju-langkah privat proses penyabunan di laundry. Terdapat sejumlah ancang yang berbeda dengan saat mencuci pakaian pada umumnya. Selain itu, ada beberapa apendiks proses untuk memberikan hasil akhir nan baik ala laundry. danselanjutnya dilakukan proses keuntungan : permukaan yang chromating. dihasilkan berwarna kelabu muda dan merata, efektifitas proses pencucian b. Proses pelapisan chromat : tetap sampai konsentrasi Fe dalam Adalah suatu pengerjaan akhir untuk larutan mencapai 13 %, dilakukan pada mempasifkan lapisan seng dengan cara

Aksara Hukum - Tahapan pencucian uang ada beberapa tahapan yang akan yang dijelaskan dalam artikel berikut ini. Sebelum membahas pencucian uang perlu diketahui terlebih dahulu pengertian pencucian uang. “Pencuciang uang adalah suatu perbuatan dimana menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana sehingga seolah-olah harta kekayaan tersebut adalah harta kekayaan yang sah”. Perlu juga diketahui pencucian uang dalam bahasa inggris disebut money mengetahui apa yang dimaksud dengan pencucian uang maka berikut ini akan dijelaskan mengenai tahapan pencucian uang itu umum pencucian uang dibagi menjadi tiga tahap yaitu penempatan placement, pemisahan/pelapisan layering dan penggabungan integration. 1. PlacementPenempatan atau placement adalah tahapan pertama dalam pencucian uang, yaitu ketika harta hasil tindak pidana pertama kali masuk ke dalam sistem keuangan atau berubah perkembangan teknologi sistem keuangan, setelah mendapatkan harta hasil tindak pidana, pelaku kejahatan memiliki banyak sekali pilihan untuk melakukan proses penempatan placement harta tahapan dimana penempatan uang hasil tindak pidana ke dalam sistem keuangan financial system. Bentuk kegiatan ini antara laina. menempatkan dana pada bank, mengajukan kredit atau pembiayaanb. menyetorkan uang pada pengusaha jasa keuangan PJK sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trailc. menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara laind. membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha yang sah berupa kredit/pembiayaan e. membeli barang yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi, membelikan hadia yang nilainya mahal sebagai penghargaan/hadia kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui PJK atau pengusaha jasa modus penempatan tersebut diantaranyaa. Menempatkan uang dalam sistem perbankan Penerima suap misalnya, dapat melakukan penempatan hasil suapnya dengan menyimpannya di bank. Baik menggunakan namanya sendiri atau orang lain. Tidak jarang pula hal ini kemudian diikuti dengan pengajuan kredit atau pembiayaan. Kemudian menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail. b. Menyelundupkan uang atau harta hasil tindak pidana ke negara lain Pelaku kejahatan dapat juga melakukan penempatan dengan melakukan pembawaan tunai melewati negara. Penerima suap tersebut, misalnya bisa membawa harta hasil suapnya ke negara lain, kemudian ditukarkan dengan mata uang yang berbeda. Pembawaan tunai ini dapat dilakukan dengan memperlakukannya sebagai barang-barang ekspedisi atau dengan terlebih dahulu dikonversi ke dalam bentuk barang berharga seperti emas atau perhiasan. Sehingga pembawaan hasil kejahatan ke negara lain tersebut bisa dilakukan banyak cara, baik itu melalui ekspedisi, maupun dibawa secara sendiri dengan kendaraan pribadi. Karakteristik lainnya adalah dengan membawa harta hasil tindak pidana tersebut ke negara-negara yang tidak memiliki pengaturan mata uang yang ketat. c. Melakukan konversi harta hasil tindak pidana Salah satu modus penempatan yang lazim dilakukan adalan dengan melakukan konversi harta hasil tindak pidana. Konversi ini dilakukan umumnya dengan cara merubah bentuk asal harta hasil tindak pidana, misalnya dengan melakukan pembelian atau dengan melibatkan orang lain. Misalnya, penerima suap akan menyerahkan uang yang diterimanya kepada orang yang percayai. Baik itu rekanan, anak buah, keluarga, atau pihak lain. Rekan yang menerima uang tunai hasil suap tersebut kemudian melakukan pembelian barang-barang berharga. Baik itu emas, mobil mewah, rumah, atau bahkan barang berharga lain seperti lukisan atau barang antik. Penerima suap tadi kemudian menerima uang yang telah berubah menjadi barang tadi seolah-olah sebagai pemberian. Sehingga asal-usul harta kekayaan menjadi lebih samar. d. Melakukan penempatan secara elektronik Penempatan juga dilakukan dengan cara melakukan transfer secara elektronik. Dengan dilakukan secara elektronik transfer uang dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit ke manapun, termasuk melintasi berbagai negara. Kecepatan proses peralihan harta atau aset dan lintas batas negara dan yurisdiksi membuat proses penelusuran aset menjadi sangat rumit. Sebagai contoh, pelaku tindak pidana dapat mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang alternative remittance yang secara elektronik langsung terkirim ke lembaga pengiriman uang di luar negeri. Rekanan pelaku cukup membawa identitasnya ke lembaga pengiriman uang yang menerima uangnya di luar negeri. Dalam transaksi atau kegiatan transfer tersebut, uang tidak perlu berpindah secara juga Konsep Tindak Pidana Pencucian Uang2. LayeringAdalah upaya untuk memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain a transfer dana dari satu bank ke bank lain dan atau antar wilayah/negara, b penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang sah, dan c memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha yang sah maupun shell company. Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah- mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan investment dari perusahaan gadungan yang satu ke perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktip, bisa membeli efek-efek atau alat-alat transportasi seperti pesawat, alat-alat berat dengan atas nama orang atau pelapisan layering adalah tahapan kedua dari perbuatan pencucian uang. Dalam tahapan ini, uang hasil tindak pidana dipindahkan, disebarkan, dan disamarkan untuk menyembunyikan asal usulnya. Pemisahan tersebur dapat dilakukan melalui serangkaian transaksi keuangan yang didesain dengan jejaring transaksi yang rumit untuk ditelusuri. Beberapa modus layering tersebut di antaranya a. Transfer dana secara elektronik Setelah ditempatkan dalam sistem perbankan, pelaku tindak pidana dapat mudah melakukan transfer terhadap asetnya tersebut ke mana pun yang ia kehendaki. Apabila transfer tersebut dilakukan secara elektronik, ia dapat memindahkan asetnya dengan segera, lintas batas negara, dan berkali-kali, melewati berbagai rekening yang ia kendalikan, rekanannya, atau bahkan rekening dengan identitas palsu hingga sulit ditelusuri lagi asal usulnya. b. Transfer melalui kegiatan perbankan lepas pantai offshore bankingOffshore banking menyediakan layanan pembukaan rekening koran untuk penduduk luar negeri. Dengan menempatkan dana pada suatu bank, yang selanjutnya ditransfer ke rekening Offshore Banking, pelaku tindak pidana dapat scolah-olah menjauhkan harta hasil tindak pidananya dengan dirinya. http//www. Offshore Banking cenderung memiliki jaringan bank yang luas sehingga memberikan kemudahan bagi pelaku tindak pidana untuk melakukan proses pencucian Transaksi menggunakan perusahaan boneka shell corporation Perusahaan boneka shell company adalah perusahaan yang didirikan secara formal berdasarkan aturan hukum yang berlaku namun tidak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha. Perusahaan boneka didirikan hanya untuk melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset pendirinya atau orang lain untuk menyamarkan kepemilikan sebenarnya terhadap aset yang digunakan dengan perusahaan boneka misalnya diawali dengan pendirian perusahaan virtual di luar negeri. Perusahaan virtual ini kemudian membuat rekening koran di beberapa bank. Pelaku tindak pidana dapat meminta beberapa orang rekanannya untuk menjadi smurf untuk mentransfer uang hasil tindak pidana ke dalam rekening bank perusahaan virtual, sehingga seolah-olah merupakan transaksi pembelian saham. 3. IntegrationAdalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Integration adakalanya disebut spin dry dimana uang dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang yang telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang mewah, perusahaan-perusahaan. Modus integration dalam pencucian uang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya a. Melakukan investasi pada suatu kegiatan usaha Investasi pada suatu kegiatan usaha merupakan salah satu proses integrasi yang lazim dilakukan. Melalui investasi tersebut, pelaku tindak pidana menggunakan harta hasil kejahatan yang telah dicuci untuk membiayai suatu kegiatan bisnis. Setelah diinvestasikan, uang yang ia peroleh dari kegiatan usaha tersebut dianggap sebagai pendapatan usahanya. b. Penjualan dan pembelian aset Dalam melakukan integrasi harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan, pelaku pencucian uang umumnya diawali dengan penempatan yaitu dengan sebelumnya menempatkan harta hasil tindak pidananya dalam perbankan atau sebagai aset perusahaan boneka yang didirikan. Perusahaan boneka tersebut kemudian dibuat seolah-olah melakukan transaksi pembelian aset properti seperti gedung, dengan harga yang dinaikkan marked up. Hasil penjualan aset tersebut kemudian dianggap sebagai pendapatan dari transaksi Pembiayaan korporasiPembiayaan korporasi melibatkan proses pencucian uang yang sangat rumit meliputi proses penempatan dan pemisahan yang juga luar biasa canggih. Misalnya, pelaku tindak pidana mendirikan perusahaan boneka di luar negeri. Pelaku kemudian menyimpan harta hasil tindak pidana di dalam perbankan sebagai harta kekayaan perusahaan boneka. Menggunakan harta tersebut, kemudian perusahaan boneka bertindak sebagai perusahaan pembiayaan menyediakan skema investasi atau pembiayaan kepada perusahaan lain yang memiliki kegiatan usaha yang Yunus Husein dan Roberts K, 2018, Tipologi dan Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang, PT. RajaGrafindo Persada, Depok.

. 12 80 248 77 466 236 261 155

proses pencucian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu